(Cerpen) Bukti Cinta Ibu untuk Ayah
Ini masih terlalu dini untuk bangun tidur. Rasanya masih sekitar jam satu. Malam itu aku mendengar suara sesorang tersengguk-sengguk seperti sehabis menangis. Aku mencoba mencari kejelasan dalam telingaku. Sepertinya itu ibu. Kemudian aku intip perlahan. Ia duduk diatas sajadahnya lengkap dengan mukena dan Al-Quran. Aku sudah sering melihatnya mengaji setelah tahajud. Tapi pemandangan ini lain, ia menangis. Dan aku tidak tahu kenapa. Aku mungkin anak bodoh, yang malah canggung untuk bertanya pada Ibu, kenapa ia menangis. Tapi aku memang tidak tahu harus berbuat apa. Pagi harinya, seperti biasa Ibu menyiapkan sarapan dan membantuku bergegas kesekolah. Kali ini pemandangan nya berbeda. Ia tersenyum seperti biasa. Tetap sigap menjadi ibu rumah tangga. Aku malah jadi berfikir, ahh mungkin yang semalam ku lihat itu mimpi. dan aku jalani hari ini seperti biasa, tanpa bertanya dan membahas kabar Ibu. Beberapa bulan kemudian. Sewaktu subuh, Ibu berteriak, mengadu kesakitan. Aku s...