Menemukan kebahagiaan


Kebahagiaan itu pernah jadi cita-cita kita. Seperti bersahabat dengan perjuangan. Kita tidak pernah berhenti mengatakan ‘siap untuk hari esok’. Maka bagiku, bersahabat denganmu itu seperti sebuah ketulusan. Aku tidak perduli seperti apa cara makan mu, ekspresi tidurmu, bahkan bau kentutmu. Yang ku tahu, kebahagiaan itu pernah ada saat kita membelah angin berdua.

Suatu kebiasaan membuat kita saling ketergantungan. Sorak riang itu muncul seperti harapan anak gadis menjadi putri. Dan kita sama-sama bermimpi memiliki pangeran. Teriakan tawa semakin meluap saat kita saling menerima perbedaan. Kamu menyukai hujan, sementara aku tidak. Dan saat itu ku tahu, aku telah menemukan kebahagiaan sederhana, meski ku tidak bersama pangeran.
Kita tidak pernah sadar, kapan senyuman itu mulai berkurang, lalu hilang. Mungkin diawali saat kita menoleh kearah yang berbeda. Kemudian tangan kita yang terangkul, mulai melepaskan jari-jari keputusan. Lalu kita melangkah ke arah yang berlawanan. Dan saat ku berbalik badan, ternyata jalan yang kita pilih mulai berbeda.
Kau menemukan pangeran mu, dan aku menemukan pangeranku. Mimpi seoarang putri itu nyata. Tapi kenyataannya, itu bukan bagian dari kebahagiaan ku. Aku ingin berjalan mundur, tapi Tuhan tidak pernah mengizinkan ku. Aku tidak siap pada kedewasaan ini, karena hari esok ternyata mulai melarang kita bermimpi. Aku semakin di olok-olok karena terus mencari kebahagiaan ku sendiri. Tapi yang kutemukan adalah kekosongan. Dan kau, terus melangkah jauh sambil tertawa tanpa menoleh.
Seperti di negri dongeng, seorang putri hidup bahagia bersama pangeran selamanya. Tidak pernah ada akhir cerita yang mengatakan, seorang putri hidup bahagia dengan sahabatnya. Dan seperti di negri dongeng, tidak semua cerita berakhir bahagia. Maka aku bangun, dan mulai berhenti menulis mimpi, karena aku tidak memiliki akhir cerita yang sama seperti mu.

Kau tau. Ternyata, kebahagiaan yang kita cari itu sudah kita temukan sejak lama, hanya rasa ketidakpuasanlah yang membuat kita terus mencari dan mencari. Aku terlungkup, tanganku tertutup, mukaku merungut, dan aku diam. Berfikir untuk tidak selalu mencari kebahagiaan lagi. Lalu mengubah nya menjadi rasa syukur pada kehidupan, meskipun yang kutemukan itu hanya kebahagiaan sederhana, dan mungkin itu sementara.
Kini, aku mulai mencari nama pada sahabat baru. Mengganti sosok yang semakin sulit kutemui. Suatu nama jalan atas ketidaksengajaan. Dan, sesuatu yang ku rasa itu ternyata bernama kehilangan. Tuhan, jika Engkau tidak pernah mengizinkan waktu berjalan mundur, aku harap, ia selalu bahagia.
Untuk sahabatku, yang menemukan kebahagiaanya



Komentar

  1. aku bukanlah orng sepertimu yang bisa mmbuat dunia hidupmu lebih berwarna dengan segala yang kau punya, aku suka hujan dan kupikir hujan itu akan membasuh segala dosa yang telah kulakukan selama hidupku terutama pada orang tuaku, maka aku berdoa hujan datang disaat aku berjalan dan berada diluar rumah sehingga aku bisa berharap membasuh dosa yang kulakukan padamuu, karena ketika hujan aku selalu berharap matahari menyapaku dan tersenyum dengan kehangatannya, seperti senyum tulus gadis cilik yang menyimpan rahasia pangeran dalam sebuah kotak rahasia. bahkan berharap lebih pelangi yang bergaris mewarnai dunia ini muncul memberika jutaan warna kehidupan yang baru yang bisa diperbaiki. kuharap seperti ituu :)
    jika hujan itu berhenti aku berhrap ad sesuatu yang baru yang bisa kulakukan :)
    kau memang hebat kau memang bisa mecuri sesuatu yang tidak pernah diketahui orang yang merasa dicurinya, karena kau adalah kau dan kau adalah rarameannn

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Roti Priangan Sukabumi

Cuangki

Dongeng Sederhana Untuk Adik