(Cerpen Fiktif) Dear Ibu..


‘Kak, kakak pernah lihat Ibu’
Aku menoleh pada adik di sebelah ku. Ia adik ku, namanya Dava. Jika ku ingat berdasarkan kelahirannya, sepertinya ia sekarang berusia 7 tahun. Ia memang bukan adik kandung ku. Tapi kami berkeluarga. Kami tinggal di panti asuhan yang sama. Namanya ‘Kasih Ibu’. Tapiiii, kita semua disini sepertinya tidak punya Ibu kandung, yang kami punya hanya Ibu Mariam, pemilik panti ini. Sekalipun ia menganggap kami semua adalah anaknya dan kami menganggap Ibu Mariam adalah Ibu kami, tapi sedikit sekali waktu yang bisa kita dapatkan dari beliau. Beberapa bulan ini, Ibu berkepala empat ini mulai sibuk mencari dana karena ia tidak ingin kami putus sekolah. Ia memang baik, baikkk sekali. Ibu Mariam memang suka pada anak-anak, sayangnya semenjak suaminya meninggal pada kecelakaan pelatihan TNI beliau memutuskan untuk tetap setia sekalipun sang suami tidak meninggalkan buah hati. Sekarang Ibu Mariam bersama sekitar 23 anak panti lainnya hidup didalam rumah warisan almarhum suami beliau di pinggir kota. Aku tidak tahu bagaimana awal mula panti ini dibangun atau anak-anak panti ini berkumpul pada satu atap yang sama, aku sendiri bahkan tidak tahu sejak kapan aku berada disini.
‘Kak, Kakak jago gambar kan, kakak bisa ngegambarin Ibu ku gak.’ Dava mencoba mengambil perhatian ku lagi. Aku hanya tersenyum, kemudian ia berlari mengambil selembar kertas dan pinsil yang segera ia berikan pada ku. ‘Kak, aku gak punya foto Ibu, Tapi aku pengen banget bisa ngebayangin Ibu ku tu secantik apa.’
Aku menggenggam pinsil ditangan kanan sambil memperhatian wajah anak ini. ‘Hmmm, karena Dava ini mancung, kayanya Ibu juga mancung yaa. Matanya cantik dengan bulu mata yang tebal, alis dan bibirnya tipis tapi terlihat manis. Mukanya memang bulat, persis pipi Dava yang kaya baso ini. Dannn, rambutnya yang ikal terikat satu dengan pita rambut kesukaan semua perempuan. Eit, jangan lupa, Ibu Dava itu adalah orang yang selalu tersenyum karena Ia selalu bahagia punya anak kaya kamu. Tadaaaaa, Ini Ibu Dava.’ Aku memberikan sketsa sederhana ini ketangan sang konsumen.
Dava tersenyum lebar, dan berkata, ‘Kak, Ibu Dava cantik ya. Pantes klo Tuhan maunya ditemenin sama Ibu disurga.’
Aku mengusap kepala anak ini, membalikan kertas sketsa yang ku gambar. ‘Coba, sekarang kamu buat surat ke Ibu dibalik kertas ini. Siapa tahu sampe ke surga. Nanti kamu ngomong aja, biar kakak yang nulis.’
‘Oh iya ya, Klo Ibu gak bisa kesini, kan kita bisa ngirim surat ya kak.’ Jawabnya polos. Dengan semangat ia membalikan kertas didepan ku sambil berfikir apa yang ingin ia katakan. Anak ini duduk sambil mengayun-ngayunkan kakinya, sementara aku mencoba untuk mendengarkan apa yang ia rasakan dari kata perkata. Sampai ku tahu, bahwa perasaan kami sama.

Dear Ibu,
Ibuuu, Apa kabar. Ibu Mariam bilang klo ibu lagi jalan-jalan sama Tuhan. Ibu kapan pulang. Dava kangennn sekali sama Ibu. Kemarin Dava main di lapangan belakang, terus ada Ibu-ibu nyusuin anaknya gara-gara anak bayi nya nangis bu. Tapi Ibu tenang aja, Dava ga cengeng kaya anak itu kok, meskipun Dava gak disusuin sama Ibu, tapi Dava bisa tetep tumbuh sehat, soalnya Dava nyusu nya sama sapi. Hehe. Ibu sayang, jangan lupa makan yaa, Disini Dava makan terus lho, Kakak-kakak disini bilang klo kita makan nasi sama sayur itu bisa bikin kita pinter, Ibu jangan lupa makan nasi sama sayur yaa. Bu, Dava udah masuk sekolah lho, sekarang Dava pake baju baru, warna nya merah sama putih, kenapa ya bu warna bajunya kaya gitu. Padahal kan Dava suka nya warna biru. Tapi ga boleh sama Bu guru. Oh iya bu, besok kan hari Ibu, Bu guru bilang kita harus berbakti sama Ibu. Tapi, Ibu jauhhh banget, gimana caranya Dava berbakti sama Ibu. Bu, kadang Dava iri sama temen-temen Dava, mereka sekolah nya dianter sama Ibu mereka, biasanya klo pulang sekolah Ibu mereka nanya ada PR atau nggak. Setiap mau berangkat, Ibu mereka juga ngasih tangan kanan buat dicium. Terus klo mereka gak masuk sekolah, biasanya ada surat dari Ibu-ibu mereka. Dava ingin sekali bisa kaya mereka yang punya Ibu yang baik. Tapi Dava percaya klo Ibu Dava itu lebih baik, makanya Ibu lebih disayang dan deket sama Tuhan. Maafin Dava yang udah iri sama mereka ya bu. Tapi, Ibu doain Dava ya supaya bisa berbakti dan ngebahagiain Ibu meskipun kita jauh. Buuu, makasih ya udah ngelahirin Dava ke dunia. Ibu disana jaga diri ya. Dava sayaaaang sekali sama Ibu. Selamat Hari Ibu..
Tertanda            
Ahmad Dava Iskandar



Sorenya aku melihat Dava dipinggir sungai dekat panti kami. Ia melipat-lipat surat tadi menjadi sebuah perahu kertas, lalu menghanyutkannya sambil berteriak, ‘Hati-hati sampai surga yaaa..’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Roti Priangan Sukabumi

Cuangki

Dongeng Sederhana Untuk Adik