Positive?
Kemarin. Ya, ya. Seinget gue baru kemarin. Tiba-tiba masuk rumah sakit. Untungnya gak buru-buru masuk UGD. Kayaknya gak perlu disebutin rumah sakit apa. Yang jelas, ini salah satu rumah sakit terkenal disini. Ini emang baru pertama kalinya gue masuk rumah sakit dikota ini. Berbekal kartu mahasiswa, biasanya gua milih alternative berobat gratis, tapi kali ini lain, dan gak main-main. Pilihannya Cuma satu, berobat di rumah sakit, atau kata lainnya, berobat bayar.
Awalnya biasa saja, ke meja pendaftaran, ketemu pegawai rumah sakit dengan senyum ramah, ngisi formulir, dan dia nunjuk satu ruangan ”silahkan masuk ke ruang itu”
Krkkkkkk..
Pintu itu didorong. Pas gua masuk, ada dua suster nyuruh duduk.
(yang tadinya gua fikir itu satu suster satu dokter)
”Mbak Rara ya? Apa keluhannya?”
”Sesak nafas.”
”Hah? asma?”
Yeee, dia malah nanya lagi. Asma sama sesak nafas beda kali. ”Sesak nafas, dok.” Jawab gue masih sabar.
”Oh, iya iya. Sudah berapa lama?”
”Yaaa, sekitar tiga hari.”
”Hah, baru kemarin ya.”
”Tiga hari, dok” lama-lama ni emak-emak ngeselin juga yak.
”Oh, iya iya, kalo gitu, masuk ruangan disebelah ya. ” yee, ternyata dia Cuma ngecek ecek-ecek.
Nah, pas masuk ruangan dokter, tu dokter langsung nyuruh gue tiduran di kasur.
”Mbak Rara. Sudah sekitar tiga hari sesak nafas. ” dokter itu mengulang catetan dari suster yang tadi. Lalu mengecek bagian pernafasan dada, punggung, dan leher gue. ”Okee, sudah, mari silahkan duduk. ”
Kringggg kringgggg..
Ditengah pemeriksaan dan konsultasi penyakit. Ini dokter malah sempet-sempet nya ngobrol di telefon. Pembicaraan dokter itu kurang lebih seperti ini ”Hallo, iya. Oh iya, iya iya iya. Dedi ini dilantai tiga. Kamu tau ruangan dedi kan. Yang waktu itu kamu pernah nganterin dedi. Itu lho, lantai tiga. Ya kamu naik lewat tangga atau atau lift. Ya kan lantai tiga. Oh, masa kamu gak bisa ngitung. Cuma ada tiga lantai kok. Iya, dedi di lantai tiga. Oh ya ya ya. Kalo lupa gak usah aja deh. Udah ya, dedi lagi ada pasien. Iya iya iya. Yaa..” pembicaraan yang tidak penting.
Yang paling parah, emang bukan nunggu ni dokter nelfon. Tapiiii, ketika dia nelfon, dia ngetik sesuatu dikertas gue, isinya Cuma satu huruf. Satu gerakan. Satu hasil. Diatas lembar konsultasi pasien. Atas nama gueee. Isinya itu adalah..
+
plus?
positif?
Apaan tuh maksudnya?
Masa gueeeee???
Tanya gue dalam hati.
Setelah dokter ini nutup telfon, dia balik lagi ke kerjaannya.
”Mbak gak kenapa-kenapa kok. Sesak nafas itu biasa. Mungkin karena mba kecapean aja. Jadinya kurang istirahat, akhirnya mbak sesak nafas deh.”
Dengan gampangnya itu dokter ngomong kaya gitu. Terus tanda positive tadi artinya apa dong. ”Jadi saya gak sakit apa-apa ni, dok” Orang gak sakit apa-apa malah lebih kecewa dibanding kalo fonisnya kena penyakit parah. ”Tapi saya suka sesak nafas, magh, mencret, nah terakhir kemarin saya flu, dok.”
”Gak pa pa kok, kalo panas dari perut ke lambung terus naik ke dada itu biasa. ”
”Tapi, dok” malah maksa. Pasien yang aneh. ”Tapiiii. Yaudadeh kalo gitu.” Dengan wajah muram nan durja dan hati pasrah, akhirnya mau gak mau gue nerima keputusan ni dokter, kalo ternyata gua sehat wal afiat.
”Gini aja, supaya mbak nya bisa tidur dimalam hari dan gak ngerasa sesak nafas atau panic soal rasa sakit mbak, saya kasih obat penenang saja ya. ”
Jiah, dikata gua gila kali yak, dikasih obat penenang. Tu dokter gak nanggung-nanggung. Gua dikasih satu resep obat penenang yang harus diminum tiap malam. Dan satu lagi, obat antahbrantah, yang pas gua Tanya di bagian farmasi, obat apa ini, dia malah bilang, ini obat yang bisa nyembuhin penyakit apapun. Dan ending dari kegiatan gua kerumah sakit ini adalah, nothing. Atau dengan kata lain, penyakit yang gua rasain itu Cuma sugesti dari rasa capek, lelah, letih dan lesu. Yang ujung-ujungnya Cuma dikasih obat penenang. Obat penenang saudara-saudara. Obat penenang. Obat penenang yang gedenya gak lebih dari semut rang-rang. Obat penenang yang malah bikin hidup gue gak tenang.
jadi, pelajaran yang bisa kita petik adalah, ''menjaga kesehatan itu lebih penting dibanding menjaga uang'' sekian dan terimakasih
Komentar
Posting Komentar