Hari (tanpa) ayah
Beberapa waktu terakhir, kerap
kali aku mendengar berita temanku yang mendadak jadi yatim. Sepeninggalan Ayah
mereka, banyak tangisan yang tertahan. Kau tahu kenapa? Karena ketika sang Ibu
menangis di bahumu, kau tetap harus Nampak tegar sekalipun itu sakit. Jika
seorang anak malah ikut menangis, Ibu pasti lebih sedih. Maka hanya ini yang
bisa di lakukan.
Aku mulai membayangkan, bagaimana
rasanya jika ayah ku tidak ada?
Aku pasti akan meminta maaf untuk
semua kesalahanku. Mulai tangisanku yang selalu mengganggu ayah, tangan ku yang
mengadah meminta uang kepada ayah, mulutkan yang selalu melawan ayah, atau
bahkan menutup kupingku saat diomeli ayah. Anehnya, ketika dulu aku membenci
semua itu, kini aku mulai merindukannya.
Sekalipun tidak ada hari ayah di
kalender. Tapi esok, kita harus terbiasa jika ada hari-hari tanpa ayah. Kita
harus siap ketika idul fitri, bukan ayah yang menjadi orang pertama saat kita
bersimbah sujud memohon maaf. Kita harus siap ketika hari kelulusan, tidak ada sosok
ayah yang datang membawa bunga mawar terindah. Kita harus siap ketika kita
menikah, bukan ayah yang menjabat tangan calon suami mu saat ijab qabul. Kita
harus siap ketika di pelaminan, bukan ayah yang mendampingi ibu berdiri
disebelah mu. Kita harus siap ketika kita melahirkan, bukan ayah yang
membisikan azan di telingan anak mu kelak. Bahkan kita harus siap ketika kita
berfoto keluarga, tidak ada lagi ayah disana.
Aku tidak tahu mana yang lebih
baik. Seorang anak melihat ayahnya. Atau seorang ayah melihat anaknya meninggal
lebih dulu.
Terimakasih ayah.
Terimakasih karena telah menjadi
pangeran terbaik untuk ibu. Terimakasih karena telah menjadi imam pada keluarga
kami. Terimakasih karena menjadi superman yang menyelamatkan masa depan ku.
Terimakasih karena telah menjadi arsitek terbaik untuk rumah ini. Terimakasih
karena telah menjadi motifator yang lebih baik dari Mario teguh. Terimakasih
karena telah menjadi ayah untuk ku. Dan terimakasih untuk semuanya.
Jika ayah masih ada sekarang,
mungkin yang akan sering ku lakukan adalah berjanji dan meng-iya-kan semua yang
ayah katakan. Tapi setelah ini, aku akan membuktikannya, yah. Kalau aku bisa
melakukan apa yang ayah bilang.
Kau tau, yah?
Kau adalah orang yang paling
beruntung. Karena istrimu berencana untuk tidak menikah lagi. Aku tidak tahu
ini hal baik atau tidak untuk kita. Tapi aku harap, ibu tetap bahagia sama
seperti saat ada ayah.
Ayah, kami akan selalu mendoakan
ayah. Aku harap, ayah juga mendoakan kami, agar kami bisa menjalani hari-hari
tanpa ayah.
Komentar
Posting Komentar