Bagaimana?
Semua anak yang punya
orang tua selalu berharap bisa membahagiakan orang tuanya.
Ibu bilang, ia bahagia
karena sudah melahirkanku, menjadikanku anak yang sopan santun, dan
rajin beribadah.
Ayahku bilang, ia bahagia
karena sudah bisa mendidiku untuk tetap memiliki semangat belajar
yang tinggi dan bisa masuk ke sekolah-sekolah ternama.
Tapi, tugasku belum
selesai.
Aku fiki, tugasku
sederhana. Menjadi anak yang taat, sekolah, kerja, lalu menikah.
Ternyata tidak semudah
itu.
Aku masih ingat ketika
ibu memamerkan cerita-ceritanya tentang aku pada teman-teman
arisannya. Aku yang bisa masak dan berdandan lebih baik dari
perempuan pada umumnya. Ibu terlihat bangga sekali.
Dan aku masih ingat
ketika Ayah memamerkan cerita-cerita tentang aku pada teman-teman
kantornya. Aku yang berhasil meraih prestasi disekolah kemudian masuk
ke perguruan tinggi terbaik. Ayah juga terlihat bangga sekali.
Tapi, tugasku masih belum
selesai.
Ibu bilang, anak temannya
sudah diangkat sebagai dosen muda pada usia sebayaku. Ada lagi anak
temannya yang lain, sudah berhasil menjadi perenang nasional dan
menjadi undangan terhormat dimana-mana.
Ayah bilang, anak
temannya sudah berhasil lolos menjadi sarjana terbaik dengan gaji
yang tinggi di usianya yang muda. Bahkan ia sudah mampu membelikan
apa saja untuk orang tuanya.
Dan aku semakin sadar,
tugasku yang belum selesai semakin banyak.
Ibuuu, Ayaaah, bagaimana
jika aku sudah tidak bisa dibanggakan oleh kalian lagi?
Bagaimana jika sudah
tidak ada prestasi dari ku yang bisa membuat kalian bangga lagi?
Bagaimana ibuu, ayah?
Aku sadar, sejak aku
lahir, sampai aku menikah nanti, tugasku belum selelsai. Bahkan
sampai kalian sudah tidak ada pun, tugasku belum selesai. Aku masih
harus berusaha membahagiakan kalian. Dan aku akan terus berusaha.
Sekalipun hasilnya tidak lebih baik dari cerita teman-teman kalian.
Tapi semoga kalian tetap bahagia memilik ku. Sama seperti aku yang
selalu bahagia, memiliki kalian.
Komentar
Posting Komentar