Hei gerbera, dari mana kau belajar romantis?
Saat pipiku memerah. Senyumku melebar. Dan mataku membulat besar. Mungkin aku terlihat seperti remaja jatuh cinta. Ya, aku memang jatuh cinta. Jatuh cinta pada gerbera.
Sungguh!
Ini bukan perkara mengingat kejadian di senja tadi.
Saat pipiku membulat, senyumku merenggut, dan mataku mengkerut. Mungkin aku terlihat seperti anak SD yang tidak berfikir rasional. Ya, ada kalanya perempuan merasionalkan segala hal atas alasan hati.
Ahh, laki-laki. Terlalu!
Motor itu terhenti disekitar kota baru Jogja. Tiba-tiba..
Gerbera itu. Sepasang gerbera itu terikat didepan wajahku dengan amat manis.
‘Gerbera ini mau liat senyum kamu lho’
Bunga itu mencuri apa yang tidak ingin ku berikan dengan harga murah. Meskipun tanaman itu hanya diam, tapi bagiku, ia hidup. Sama seperti si bisu yang mencoba mengutarakan apa yang tidak bisa ia utarakan. Tidak ada lagi perasaan, tidak ada lagi pikiran. Yang ada hanya gerbera. Menyatukan keduanya.
Dan aku tersenyum.
Semurah itukah senyumku hanya dibayar dengan seikat gerbera?
Tak apa.
Ahh, laki-laki. Terlalu!
Komentar
Posting Komentar